WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : MALAM JAHANAM DI MATARAM
NENEK sakti Sinto Gendeng, guru Pendekar 212 Wiro Sableng terkencing-kencing serabutan begitu melayang jatuh memasuki alam delapan ratus tahun silam Bhumi Mataram di kawasan selatan kaki Gunung Merapi. Tubuh kurus kering si nenek terguling-guling di tanah lalu tertumbuk dan tersandar di sebatang pohon mahoni. Dua kaki masih mengepit kuda lumping yang tadi ditunggangi sewaktu melesat dari dalam hutan di dekat Candi Prambanan.
"Oala! Bagaimana bisa kejadian begini rupa?!" Si nenek berucap setengah berseru lalu semburkan air kunyahan susur yang ada di dalam mulut. Dia memandang berkeliling. "Aku di mana? Apa aku sudah berada di Mataram Kuna, kerajaan delapan ratus tahun silam?"
Perlahan-lahan si nenek bangkit berdiri. Kuda lumping dikepit di ketiak kiri, tangan kanan rapikan empat tusuk konde perak yang menancap di kepalanya.
Bukannya ingin mencari tahu di mana keberadaan Wiro dan anak perempuan bernama Ni Gatri, si nenek malah terus bertanya-tanya dalam hati. "Apakah aku akan bertemu lagi dengan kakek gagah bersorban dan berjubah kelabu yang menyusup ke dalam tubuh Ni Gatri sewaktu berada di rumah Abdi Dalem Pringkun? Ah, mengapa aku begitu tert
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #174 : Dua Nyawa Kembar Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Minggu, 22 Mei 2016
Senin, 09 Mei 2016
Kho Ping Hoo - BKS#17 - Pusaka Pulau Es
Pusaka Pulau Es
Seri : Bu Kek Siansu #17
Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Pria penunggang kuda itu menghentikan kudanya dan memandang ke sekeliling dan dia terpesona. Memang pagi itu indah bukan main. Di sekeliling tempat itu terdapat bukit-bukit berjajar-jajar. Bukit-bukit di timur masih nampak gelap karena matahari baru muncul mengintai dari balik punggung mereka. Akan tetapi bukit-bukit di barat sudah mulai menerima sinar matahari pagi yang kuning keemasan.
Nampak kabut menyingkir perlahan dihalau sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi yang masih lembut namun sudah garang itu menerobos di antara kabut, sungguh merupakan keindahan yang sukar untuk dilukiskan. Keindahannya lebih terasa di dalam hati daripada di dalam mata. Burung-burung beterbangan mulai meninggalkan sarang, dan masih ada sempat berkicau di antara ranting-ranting pohon, membuat suasana makin ceria gembira dan mendorong seseorang untuk ikut bernyanyi-nyanyi. Matahari pagi mulai muncul dan sinarnya menghidupkan segalanya, membangunkan semuanya yang tadinya terlelap tidur dalam kegelapan sang malam. Nampak beberapa ekor kelinci dan kijang menyeberangi semak dengan hati-hati sekali, telinga mereka membantu mata yang
... baca selengkapnya di Kho Ping Hoo - BKS#17 - Pusaka Pulau Es Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Seri : Bu Kek Siansu #17
Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Pria penunggang kuda itu menghentikan kudanya dan memandang ke sekeliling dan dia terpesona. Memang pagi itu indah bukan main. Di sekeliling tempat itu terdapat bukit-bukit berjajar-jajar. Bukit-bukit di timur masih nampak gelap karena matahari baru muncul mengintai dari balik punggung mereka. Akan tetapi bukit-bukit di barat sudah mulai menerima sinar matahari pagi yang kuning keemasan.
Nampak kabut menyingkir perlahan dihalau sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi yang masih lembut namun sudah garang itu menerobos di antara kabut, sungguh merupakan keindahan yang sukar untuk dilukiskan. Keindahannya lebih terasa di dalam hati daripada di dalam mata. Burung-burung beterbangan mulai meninggalkan sarang, dan masih ada sempat berkicau di antara ranting-ranting pohon, membuat suasana makin ceria gembira dan mendorong seseorang untuk ikut bernyanyi-nyanyi. Matahari pagi mulai muncul dan sinarnya menghidupkan segalanya, membangunkan semuanya yang tadinya terlelap tidur dalam kegelapan sang malam. Nampak beberapa ekor kelinci dan kijang menyeberangi semak dengan hati-hati sekali, telinga mereka membantu mata yang
... baca selengkapnya di Kho Ping Hoo - BKS#17 - Pusaka Pulau Es Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Langganan:
Postingan (Atom)